KAMPUNG TOLA SANGIHE BY MOWDY METENG

SEKILAS TENTANG KEPULAUAN SANGIHE & KAMPUNG TOLA


KATA PENGANTAR

 Pujian syukur kepada Tuhan Yesus yang memberikan hikmat dan kemampuan kapada penulis untuk boleh membuat tulisan ini. Tulisan ini terinspirasi ketika isteri Josepin Malambae, S.Th, kesulitan dalam mencari/mengumpulkan data sejarah kampung Tola untuk dipakai dalam karya tulis dan pelaporan Vikaris Pendeta GMIST. Dalam beberapa kesempatan Penulis mendampingi isteri untuk mencari data sejarah kampung Tola, namun hasilnya tidak akurat dan tidak lengkap. Pada akhirnya suatu ketika kami bertemu dengan Ibu. Elvira Mocodompis (Kel. Lintang-Mocodompis) dan memberikan informasi baik secara lisan dan tulisan (catatan sederhana yang dibuat pada tahun 1982). Oleh kerena itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah turut memberikan informasi: 1. Ibu. Elvira Mocodompis (Kel. Lintang-Mocodompis) yang telah memberikan fotocopy catatan harian pribadi dan informasi penjelasan secara lisan mengenai Sejarah Kampung Tola. 2. BPMJ dan Warga Jemaat GMIST Kariangkamang Tola yang turut memberikan informasi Sejarah Kampung Tola. 3. Keluarga Besar Malambae-Barahama 4. Isteri Josepin Malambae, S.Th, Putra dan Putri tercinta; Uriel Samuel Meteng dan Vedira Naomi Meteng. 5. Semua yang memberikan informasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini. Tulisan ini dibuat sebagai Ucapan Terimakasih dan Penghargaan kepada orang-orang yang memperhatikan sejarah Kampung Tola meskipun ditulis dalam catatan-catatan sederhana seperti yang dilakukan oleh Ibu. Elvira Mocodompis. Tulisan ini juga dibuat agar kedepanya membantu bagi yang membutuhkan Sejarah Kampung Tola sebagai data suatu karya tulis. Penulis menyadari dalam tulisan ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis berharap bagi siapapun yang membaca tulisan ini untuk dapat melengkapinya dengan memberikan saran ataupun kritikan kepada penulis agar tulisan ini menjadi lebih baik, dan kedepannya diharapkan akan menjadi suatu sumber tertulis yang dapat menjadi salah satu refrensi bacaan dalam mencari data Sejarah Kampung Tola. Bahkan jauh lebih dari itu penulis berharap kedepan akan muncul tulisan-tulisan Sejarah Kampung Tola yang lebih lengkap. Terimakasih Likuang-Tabukan Utara, 27 April 2018 Penulis, MOWDY Y.B. METENG, S.Teol



Bagian 1 SELAYANG PANDANG TENTANG SANGIHE (Sebagian Besar Disadur Dari http://moslemwiki.com/Kabupaten_Kepulauan_Sangihe yang bersumber dari http://sangihekab.go.id)

Sangihe berasal dari kata Sang dan Ihe. Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki luas mencapai 11.863,58 km2 terdiri dari Lautan 11.126,61 km2 dan Daratan 736,97 km2. Ibukota berkedudukan di Tahuna secara keseluruhan jumlah pulau yang ada di kepulauan ini berjumlah 105 pulau dengan rincian ; 79 pulau yang tidak berpenghuni dan 26 pulau berpenghuni. Secara geografis wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak antara 2° 4’ 13” – 4° 44’ 22” LU dan 125° 9' 28” - 125° 56' 57” BT dan posisinya terletak di antara Kab. Kepl. SITARO dengan Pulau Mindanao (Republik Filipina). Pada Tahun 2002 Kabupaten Kepulauan Sangihe dimekarkan (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud) menjadi 2 Kabupaten berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002, yaitu Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud. Pemekaran kembali dilakukan di Kabupaten Induk (Kabupaten Sangihe) menjadi Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (SITARO) pada Tahun 2007 sesuai Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2007 tanggal 2 januari 2007 dan peresmiannya telah dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2007 di Ruang Mapaluse Kantor Gubernur Sulawesi Utara sekaligus dengan Pelantikan PPS Bupati Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Drs. Idrus Mokodompit. Sebagai daerah otonom, ada 4 (empat) karakteristik signifikan yang membedakan Kabupaten Kepulauan Sangihe dengan Kabupaten / Kota lain dalam cakupan Propinsi Sulawesi Utara bahkan lingkup Nasional yaitu : Daerah Kepulauan : Wilayah Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 105 Pulau, dengan rincian dimana 26 buah Pulau berpenghuni dan 79 buah Pulau tidak berpenghuni, dengan luas wilayah 11.863,58 km². Kabupaten Kepulauan Sangihe terdiri dari 14 Kecamatan, 125 Kampung dan 22 Kelurahan, dimana wilayahnya sebagian besar terdiri dari pegunungan dan tanah berbukit yang dikelilingi oleh lautan Pulau-pulau letaknya menyebar dengan jarak relatif berjauhan, namun tetap merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keutuhan Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga perlu dikembangkan, dibina, dipelihara dan dipertahankan sebagai aset nasional. Daerah Perbatasan: Berdasarkan Undang-Undang Nomor 77 Tahun 1957 tentang Persetujuan Mengenai Warga Negara Yang Secara Tidak Sah di Daerah Republik Indonesia dan Republik Philipina. Kabupaten Kepulauan Sangihe terletak diantara 02°04'13" sampai 04°44'22" Lintang Utara dan 125°9'28" sampai 125°56'57" Bujur Timur. Batas-batas Kabupaten Kepulauan Sangihe adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Negara Philipina Sebelah Timur : Kabupaten Talaud dan Laut Maluku Sebelah Selatan : Kabupaten Siau Tagulandang Biaro Sebelah Barat : Laut Sulawesi Kabupaten Kepulauan Sangihe terbagi menjadi 15 Kecamatan , 22 Kelurahan dan 145 Desa.


Bagian 2 SEJARAH & GAMBARAN DESA TOLA (Sebagian besar disadur dari Catatan Harian Ibu. Elvira Mokodompis (Kel. Lintang-Mokodompis) yang ditulis pada 02 Juli 1982_catatan terlampir).

A. ASAL-USUL NAMA DESA

Kampung Tola didirikan pada tahun 1904. Nama Kampung Tola berasal dari bahasa Sangihe yaitu “Tatolakeng”. Yang menyebut “Tatolakeng” ini ialah orang-orang dari pesisir pantai Kampung Bengketang yang datang mencari kayu (kayu api), buah kelapa dan lain-lain untuk dipakai dalam kebutuhan hidup mereka. “Tatolakeng” asal kata dari “Tumola“ yang berarti pergi hanya dalam waktu singkat. Seiring dengan berjalanya waktu kata “Tumola” menjadi “Tola” - kata Tola itulah yang dipakai menjadi nama Kampung Tola.

B. KEADAAN ALAM DAN BATAS WILAYAH
Secara Topografi Keadaan alam desa Tola adalah bergunung, berlembah, berbukit. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Sangihe yaitu batuan induk vulkanis, sedangkan keadaan tanah jenis vulkanis, non vulkanis dan mengandung asam fosfor, calcium, kalium dan magnesium sehingga secara umum tanahnya dapat dikatakan sangat subur. Desa Tola terletak ± 100 m dari permukaan laut dan ± 100-300 m dari pesisir pantai. Type iklim di daerah ini menurut Schmit dan ferguson adalah type A (Iklim Basah). Sihingga tidak heran di kampung Tola tumbuh subur tanaman perkebunan seperti Pala (mulai thn 1950 masyarakat baru menanam), Cengkih (mulai thn 1960 masyarakat baru menanam), Kelapa, Pohon Enau, Pohon Sagu, Umbi-umbian, Rempah-rempah, Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Bahkan zaman dahulu banyak yang menanam padi ladang. Sehingga sebagian masyarakat adalah petani. Dari segi pekerjaan sampai tulisan ini dibuat dapat diidentifikasikan pekerjaan sebagai berikut; petani, pegawai negeri, pekerja serabutan; sopir, joki bentor, tukang ojek, tukang kayu, tukang besi, pekerja bangunan, TNI, POLRI. Sdangkan untuk batas wilayah adalah sebagai berikut: BAGIAN UTARA berbatasan dengan Desa Bengketang BAGIAN TIMUR berbatasan dengan Desa Petta BAGIAN BARAT berbatasan dengan Desa Tarolang BAGIAN SELATAN berbatasan dengan Desa Bowongkulu

C. KEHIDUPAN MASYARAKAT ZAMAN DAHULU
Pada zaman dahulu, masyarakat Desa Tola belum mengenal agama. Mereka masih menyembah berhala (pohon-pohon besar dan batu besar). Pola penyembahan mereka adalah dengan membawa nasi kuning telur kemudian meletakan itu di bawah pohon-pohon dan bebatuan di hutan yang danggap sakral/kermat bagi mereka. Rumah-rumah masyarakat pada waktu itu berada pada tiang-tiang yang tinggi (ukuranya tidak diketahui) serta tidak memiliki bilik atau kamar. Mereka bekerja secara bergotong royong, seperti mendirikan rumah, menanam padi, atau pekerjaan-pekerjaan lainya. Pada saat pekerjaan gotong royong yang menyediakan makanan untuk dimakan oleh yang bekerja adalah tuan rumah yang menjadi tempat bekerja secara gotong-royong.

Pakaian masyarakat pada waktu itu adalah terbuat dari pohon sejenis pisang (bahasa sangihe disebut “hote”) dengan peralatan seadanya (dalam bahasa sangihe disebut “mengahiwang”). Nama dari pakaian itu disebut “Laku Bali”. Untuk pakaian wanita dibuat panjang sekitar ±8 cm di atas punggung kaki, berlengan panjang dengan model dibagian leher “mangkuk”. Pakaian wanita oleh warga pada waktu itu dengan nama “Laku Tepu”. Kebiasaan para perempuan pada waktu itu adalah membuat konde diatas kepala (dalam bahasa Sangihe “ Bato Pusige ”). Untuk pakaian Pria hampir sama dengan pakaian wanita. Yang membedakannya dari segi ukuran. Pakaian Pria ada yang lengan panjang dan ada lengan pendek. Pada bagian bawah ±10 cm di bawah lutut. Kebiasaan Pria selalu menutup kepala dengan sarung yang dilipat sedemikian rupa (dikenal dengan sebutan “umbe).

Pria dan wanita pada zaman lampau menyukai makan pinang dan merokok. Pada Pria mereka juga mengkonsumsi air nira (saguer) dalam bahasa sangihe disebut “sipa” yang terbuat dari air buah kelapa atau diolah dari pohon enau. Kebiasaan Pria juga adalah “menyabung ayam”. Dalam hal mencari jodoh untuk anak-anak mereka adalah sesuai kesepakatan/pengaturan orang tua meskipun anak mereka tidak tahu. Jadi apabila orang tua kedua belah pihak sudah setuju, selanjutnya baru disampaikan kepada anak-anak mereka. Apabila ada pesta perkawinan atau kedukaan yang mereka mereka menyajikan makanan dimeja dengan di atas daun pisang dan alat makan dan minum mereka terbuat dari tempurung. Alat makan/piring disebut “dara”, sedangkan alat minum disebut “tilibe”

D. KESENIAN
Apabila ada pesta perkawinan atau naik rumah baru, mereka memainkan alat musik “tagonggong” dan “mesambo”. Sambil memainkan alat musik dan mesambo para pria dan wanita menari-nari mulai sore/malam samapi pagi.

E. KEAGAMAAN
Untuk agama sampai saat ini ada 2; Islam dan Kristen Protestan. Agama Islam lebih dulu ada di kampung Tola, setelah itu agama Kristen Protestan. Jumlah pemeluk agama Islam lebih banyak dari pada anga Kristen Protestan.

F. PENDIDIKAN (1907 sd 1982)
Pada tahun 1907 didirikan Sekolah Dasar sampai kelas III. Nama sekolah pada waktu itu adalah SRM (Sekolah Rakyat Miskin) yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Yang menjadi kepala sekolah pertama adalah Bpk. M. Tasin, selanjutnya diganti oleh Bpk. H. Pikauli. Selain itu data kepala sekolah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bpk. M. Tasin ( Tahun ........... sd .................)
2. Bpk. H Pikauli ( Tahun ........... sd .................)
3. Bpk. P. Makasunggal (Tahun ............ sd 1930)
4. Bpk. J. H. Mocodompis (Tahun 1930 sd 1937)
5. Bpk. H. Manikome (Tahun 1937 sd 1939)
6. Bpk. D. Salamate (Tahun 1939 sd ..........)
7. Bpk. B. Salamate ((Tahun ........ sd 1948)
8. Bpk. J. H. Mocodompis (Tahun 1948 sd 1959)
9. Bpk. T. Bonge (Tahun 1959 sd 1964)
10. Bpk. T. Malambae (Tahun 1964 sd 1972)
11. Ibu. Elvira Mocodompis (tahun 1972 sd 1982 sebagai nara sumber – sesuai catatan harian)

G. PEMERINTAHAN DESA (1904 sd 1982)
Sejak berdirinya Desa Tola pada tahun 1904. Maka pemerintah mengangkat Kepala Desa untuk memimpin. Dari data yang pernah menjabat Kepala Desa / Kepala Kampung yang terindentifikasi melalui catatan harian Ibu. Elvira Mocodompis adalah sbb:
1. Bpk. Paulus Mahema (Tahun 1904 sd 1907)
2. Bpk. N. Kakomba (Tahun 1907 sd 1915)
3. Bpk. C. Sinsu (Tahun 1915 sd 1936) pada tahun 1936 menderita sakit sapai pada akhirnya meninggal dunia kemudian Kepala Desa diganti oleh Pejabat Kepala Desa Bpk S. Lasieng.
4. Bpk. S. Lasieng (Tahun 1936 sd ......... sebagai Pejabat Sementara)
5. Bpk. A. Jacob (Tahun ............ sd 1946)
6. Bpk. S. Malambae (Tahun 1946 sd 1950)
7. Bpk. Dj. Sahempa (Tahun 1950 sd 1971) 8. Bpk. A.D. Malambae (Tahun 1971 sd 1982)


Tentang Nara Sumber Ibu. Elvira Mocodompis (Kel. LINTANG-MOCODOMPIS)merupakan Putri dari Bpk. J.H. Mocodompis (Pendeta GMIST Pasca Belanda meninggalkan tanah Sangihe, Kepala Desa Tola 1930-1937 dan 1948-1959), Ibu Elvira Mocodompis adalah Pensiunan PNS Guru, pernah menjabat Kepala Sekolah dan Semenjak kecil Aktif dalam Pelayanan di GMIST, Pernah Mempin secara khusus di GMIST Bukit Zaitun Tola (Ketua Jemaat)

Komentar

  1. The Best 8 Casinos in the World: Las Vegas, NV
    Best Casinos in 충청남도 출장마사지 the World. This page 서울특별 출장마사지 contains table 통영 출장안마 reviews, reviews, and other 성남 출장마사지 information about Casinos in 경기도 출장샵 Las Vegas, NV.

    BalasHapus

Posting Komentar

Etika Bisnis DR. Phil Eka DarmaputerEtika Bisnis DR. Phil Eka Darmaputera

Markus 1: 14 – 20

Etika Bisnis DR. Phil Eka Darmaputera

RENUNGAN KRISTEN: BERSAMA MELAYANI TUHAN (KOLOSE4:2-6)